2017 - Penulis Amatir

Jumat, 14 April 2017

Aku dan Api

Api seringkali diidentikan sebagai tanda kemarahan. Karena sifatnya membakar. Begitupula dalam kehidupan. Mengutip pribahasa Indonesia tak ada asap tanpa ada api. Begitu pula dengan api.  Tak akan ada api jika tak ada pemicunya.

Dalam keseharian seringkali aku menemukan hal yang memicu pada menyalanya api.  Namun penyikapan nya tergantung pada sejauh mana aku bisa meredam api tersebut.  Sehingga tidak menimbulkan kerusakan-kerusaka n.

Dikala api sedang membesar aku ingat pesan nabiku. Beliau bersabda "jangan marah".  Aku ingat tetapi terkadang aku tak menghiraukan sabda nabi ku.  Lalu aku berucap Astagfirulloh hal adzim.  Semoga aku tetap di aku oleh nabiku di yaumil akhir. Amiiin

Aku sadar . Aku adalah mahluk materi. Tersusun,  tertangkap dan terbatas.  Itu artinya aku adalah makhluk fana.  Hanya saja Tuhanku Allah SWT memuliakanku sebagai manusia yang dikaruniai akal. Oleh sebab itu aku takut,  apa yang diamanahkan Tuhanku terabaikan.  Sudah jelas bahwa jika aku sebagai manusia tak menggunakan akalku lagi dalam kehidupanku hakikatnya aku bukan manusia lagi.

Aku berdoa semoga tetap dalam lindungan Tuhanku.

Namun aku bingung dengan diriku.  Terkadang dikala keimananku tinggi maka aku kuat begitupun sebaliknya.  Aku hanya berdoa saja semoga dikala keimananku lemah Tuhan senantiasa memberikan Taufiq dan HidayahNYA

Sepakat bahwa api dapat diredam dengan air.  Sifat air yang menyejukan,  mendinginkan,  menghilangkan dahaga dan yang lainya.  Maka aku senantiasa mencari air sebanyak-banyaknya agar api tak bisa membakarku.  Dengan harapan kalaupun aku terbakar setidaknya sudah ada air yang aku persiapkan untuk meredakanya.  Sehingga tak ada rasa sakit berkepanjangan.

Aku tau dan percaya Tuhan sayang kepadaku. Itupun jika aku sabar.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hambaNYA maka Allah akan mencobanya dan ketika sabar maka Allah akan memuliakannya".

Semoga aku tergolong orang yang sabar. Amiiiin